Berikut dokumentasi gerakan satu komunitas satu pipa :
Act for Indonesia
Gerak langkah orang-orang muda Yogyakarta, bagi para survivors Bencana Merapi 2010. Segala karya dan aksi nyata adalah doa bagi kemanusiaan, pembelaan kami pada kehidupan !
Selasa, 14 Desember 2010
Jumat, 10 Desember 2010
Gerakan Pipa Natal Merapi : Satu Komunitas, Satu Pipa, Satu Indonesia
Jalin  tangan untuk rehabilitasi instalasi air bersih (Desember 2010 - 10 Januari 2011)
Air adalah berkat, Air adalah doa, 
air adalah kehidupan, air adalah cintakasih
Semoga ia membasuh hati kita, 
semoga ia menyucikan jiwa kemanusiaan kita
Gerakan Pipa Natal untuk Merapi adalah gerakan untuk kita semua. 
Ketika  anak-anak berkumpul untuk mempersiapkan Natal dan mereka menyempatkan diri menabung beberapa ribu rupiah demi sebatang pipa, saat  umat lingkungan berkumpul dalam perjumpaan advent dan menyisihkan sebagian  kolekte mereka untuk menyumbang instalasi pipa bagi warga Merapi, ketika  orang-orang muda dengan penuh daya kemudaan yang kreatif menggalang dana bagi  perbaikan sarana air bersih di lereng-lereng gunung Merapi.
Gerakan Pipa Natal untuk Merapi adalah sebuah gerak bersama kita semua, yang diorganisir oleh Lingkar Muda dan Konsorsium Banyu Gunung, yang lahir  setelah mengamati rusaknya sistem distribusi air bersih di kawasan Lereng  Merapi. Hancurnya instalasi air bersih menyebabkan masyarakat kesulitan dalam  penyediaan air bersih dan MCK. 
Pemenuhan  kebutuhan air bersih menjadi pijakan yang sangat penting bagi normalisasi kehidupan masyarakat pasca erupsi. Dengan normalisasi  kehidupan sehari-hari, masyarakat diharapkan segera bisa memfokuskan diri pada  beragam aktivitas pemulihan pasca erupsi. 
Di sisi  lain, gerak keprihatinan dan laku doa para survivors ini menjadi kesempatan indah bagi peziarahan kemanusiaan yang lebih luas. Pribadi-pribadi harus disapa dan diundang, komunitas-komunitas harus  bergerak dan berkumpul menjadi satu persaudaraan saling berbagi dan  memberdayakan. Kami berharap mampu mengajak dan membangun persaudaraan dengan lebih banyak  lagi pribadi dan komunitas untuk bergandeng tangan menemani dan berjuang bersama para survivors.
Untuk itu  Lingkarmuda dan Konsorsium Banyu Gunung, dan menyatukan para donatur dengan para penggerak masyarakat setempat. Konsorsium Banyu  Gunung adalah jejaring masyarakat yang tergerak untuk membantu pemuihan sistem  air bersih di kawasan terdampak erupsi Merapi. Sementara Lingkarmuda sendiri  adalah sebuah komunitas orang muda yang berkumpul dan bergerak sejak awal  erupsi Merapi sampai saat ini, dengan memegang teguh semangat kesukarelawanan  dan persaudaraan. 
KERUSAKAN  YANG TERJADI 
Pasca  erupsi Merapi ada puluhan dusun mengalami kerusakan sumber air. Ada beberapa sebab kerusakan : 
1.        hanyutnya  pipa dan instalasi air bersih lainnya akibat hanyut terbawa lahar dingin, 
2.        tercemarnya  air oleh zat berbahaya,
3.        mengeringnya  sumber air, 
4.        rusaknya  sumber air karena timbunan bahan material.
Setiap  kasus tentu membutuhkan penanganan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi medan, jumlah warga, dan lain-lain. Untuk itu assesment  dengan melibatkan mereka-mereka yang memahami teknik serta warga yang  benar-benar menguasai daerah masing-masing sungguh amat diperlukan.
KRITERIA  DUSUN 
Untuk itu  Lingkarmuda menggunakan beberapa kriteria untuk memfokuskan gerak pendampingan yang dilakukan. Ada 5 kriteria utama :
1.        Kesiapsiagaan  dan keswadayaan warga
2.        Jumlah  warga yang dilayani
3.        Lokasi,  ancaman bahaya, dan ancaman kerusakan instalasi akibat bahaya primer dan sekunder Merapi
4.        Biaya  yang harus dikeluarkan, semakin kecil biaya semakin mudah dilaksanakan
BERERAPA  HAL PRINSIP
Ada prinsip  yang dipegang teguh Lingkarmuda/KBG dalam kerja yang dilakukan : 
1.        Swadaya
2.        Partisipatif,  berbasis komunitas
3.        Memberdayakan
4.        Berbasis  kultur dan kearifan lokal
5.        Ramah  lingkungan (mis : menolak pengeboran)
HAL-HAL  PENTING LAINNYA :
Ada  beberapa hal penting lainnya yang menjadi pegangan kita :
1.        Gerakan  masyarakat  tidak bermaksud menggantikan peran dan tanggung jawab pemerintah dalam  menyediakan fasilitas publik kepada warga negaranya. Negara tetap memiliki dan harus menjalankan tanggung jawab penyediaan air bersih bagi warganya.
2.        Semua  bantuan yang diberikan bersifat darurat sifatnya, hanya agar pasokan air bagi kebutuhan sehari-hari menjadi layak dan tercukupi. Kami tidak mengandaikan bantuan yang diberikan itu permanen dan final sifatnya. Keswadayaan masyarakatlah yang akan menjadi kunci utamanya.
3.        Perbaikan  instalasi air bersih menjadi momentum penguatan komunitas sekaligus penguatan kesadaran ekologis bagi masyarakat desa dengan  mengajak mereka menyadari perlunya perlindungan air dan tata ekosistem di  sekitarnya. Termasuk pula, bagaimana menjaga itu semua dengan mewaspadai teknologi modern  yang kadang  mengancam kelestarian hidup bersama.
LANGKAH  DEMI LANGKAH
Tahap-tahap  yang dilalui :
1.        Informasi  masuk
2.        Assesment  tim Lingkarmuda
3.        Komunikasi  kontak person setempat
4.        Rembug  warga
5.        Desain  teknis
6.        Koordinasi  pengerjaan
7.        Dropping  bahan material bantuan
8.        Pengerjaan
9.        Penyelesaian
10.     Slametan
11.     Laporan  akhir
DAERAH  DAMPINGAN
Sejauh ini  Lingkarmuda mendampingi dan mensupport swadaya warga dalam pemulihan sarana air bersih di beberapa daerah berikut : 
Tahap  pengerjaan
1.        Dusun  Berokan, Desa Pucanganom, Kec. Srumbung, Kab. Magelang (bekerja sama dengan Konsorsium Toya Mili)
2.        Dusun  Diwak, Desa Sumber, Kec. Dukun, Kab. Magelang
Tahap  assesment dan rembug warga di wilayah Kabupaten Sleman (bekerjasama dengan Posko Somohitan) : 
3.        Dusun Pule Sari, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi
4.        Dusun Nganggrung, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi
5.        Dusun Nganggrung kidul, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi
6.        Dusun Jambu Sari, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi
7.        Dusun Imorejo, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
8.        Dusun Dukuh sari, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
9.        Dusun Ledok Lempung, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
10.     Dusun Ngembesan,  Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
11.     Dusun Sempu,  Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
12.     Dusun Gondoarum,  Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
13.     Dusun Balerante,  Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
14.     Dusun Tlatar,  Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
15.     Relokasi Pelem, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
16.     Dusun Jineman,  Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
17.     Dusun Tunggularum,  Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
18.     Dusun Kemiri  Kebo, Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
19.     Dusun Kapingrejo,  Desa Wonokerto, Kecamatan Turi
20.     Dusun Ngandong,  Desa Girikerto, Kecamatan Turi
21.     Dusun Babadan  (srowangsan), Desa Girikerto, Kecamatan Turi
22.     Dusun Tritis  Kulon, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem
23.     Dusun Kemiri,  Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem
24.     Dusun Turgo,  Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem
25.     Dusun Tawang  Rejo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem
26.     Dusun Sidorejo,  Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem
Tahap  assesment
27.     Dusun Sempon, Desa Wates, Kec. Dukun, Kab. Magelang
28.     Dusun Selasari Tegal, Desa Wates, Kec. Dukun, Kab. Magelang
29.     Dusun Selasari Dukuh, Desa Wates, Kec. Dukun, Kab. Magelang
(Detail  kebutuhan ada pada kami)
Masih ada  beberapa daerah lain yang meminta bantuan dari Konsorsium Banyu Gunung/Lingkarmuda, akan tetapi mengingat keterbatasan sumber daya  kami untuk sementara membatasi diri di 29 titik tersebut. Gerakan  rehabilitasi ini akan membantu setidak-tidaknya 1500 KK atau 5000 warga di Lereng Merapi.  
APA  YANG BISA KITA BERSAMA LAKUKAN ?
Tentu saja  ini bukan kerja mudah. Sampai saat ini kami telah mendapat bantuan pipa sebanyak 4090 batang (panjang 16,36 km) dari berbagai  ukuran. Sebagian pipa sudah kami salurkan, sebagian lagi sudah dialokasikan ke titik-titik yang membutuhkan. Kami juga telah menerima bantuan 4 water  torn, sebuah jetpump pengangkat air, selang dan beberapa kelengkapan lain. Tetapi ini tentu saja masih jauh dari  cukup.
Gerakan  rehabilitasi air bersih di Lereng Merapi masih membutuhkan lebih banyak lagi bantuan dari rekan-rekan semua. Kami membayangkan  setiap komunitas bisa setidaknya menyumbang satu pralon bagi gerakan ini,  syukur-syukur bisa berupa bahan-bahan lain, yang bisa membantu sahabat-sahabat kita di  lereng Merapi.
SEBUAH  GERAKAN BERSAMA
Sebuah  gerakan kita bersama, itulah yang kami rindukan saat ini. Semua orang bergandeng tangan untuk memberikan “kado air” di penghujung tahun ini. Sebuah kado Natal bagi kita semua,  hadiah indah bagi kemanusiaan kita.
Kami  mengundang semua komunitas umat beriman untuk menyumbangkan setidaknya satu pipa, yang  akan kami salurkan bagi warga Merapi yang saat ini mengalami kesulitan air bersih. Apapun ukuran pipa yang anda berikan semuanya akan berguna (kami harap minimal ukuran 2 inchi).  Silakan kirim pipa pralon atau kontribusi anda yang lain ke : 
Posko  Kemanusiaan Lingkarmuda
Jln. Dr.  Wahidin 54 Yogyakarta 55222
Apabila  komunitas rekan-rekan kesulitan mengirim dalam bentuk barang, silakan menyampaikannya melalui rekening kami dengan intensi “PIPA NATAL  UNTUK MERAPI”, ke : 
Rekening BCA KCP  URIP SUMOHARDJO 
No. 4560050491, a.n.  CHATARINA GRASIA
Jangan lupa untuk mengkonfirmasi kami (pengirim dan besarnya) di 085643521325 setiap  kali mengirim bantuan, untuk kontrol dan pelaporan. Untuk koordinasi gerakan  ini silakan hubungi CP : Lilik 085643521325, Budi S. Gemak 08122764985.
Jumat, 19 November 2010
PENURUNAN RADIUS ZONA BAHAYA MERAPI DAN DAMPAKNYA TERHADAP MANAJEMEN LOGISTIK
Penurunan radius zona bahaya Merapi secara bervariasi menyebabkan terjadinya arus balik pengungsi besar-besaran ke rumah masing-masing di kampung asal. Walau pun belum semua pengungsi sudah boleh kembali ke rumah, perkembangan dalam dua hari ini menuntut adanya peninjauan kembalii atas beberapa kebijakan manajemen kebencanaan, terutama menyangkut manajemen logistik: (1) pergeseran fokus dan tumpuan muara kebijakan logistik dari fokus posko ke fokus kampung/dusun; (2) intervensi kebijakan membangun kembali eksistensi pengungsi pasca-bencana dan pasca-pengungsian di pemukiman asal; (3) penataan kembali dan pemanfaatan sumberdaya yang selama ini berfungsi di posko untuk kebijakan intervensi kebijakan membangun kembali eksistensi pengungsi, terutama kebijakan 'darurat' di hari-hari pertama pengungsi membenahi kembali rumah dan pemukiman mereka; (4) reorganisasi pengelolaan pengungsi: dari basis posko darurat menjadi basis posko kampung/dusun; (5) dll.
Persoalan yang paling pelik adalah sinkronisasi dan kordinasi sumberdaya, terutama terkait dengan pergeseran pola penanganan pengungsi dari pola berbasis posko penampungan dan cluster-cluster turunannya menjadi pola berbasis kampung. Pada pola penganganan pengngsi berbasis posko orang dapat meingidentifikasi jumlah pengungsi menurut posko, kategorisasi menurut usia, jenis kebutuhan pengungsi serta lembaga/agency atau LSM mana saja yang memberi perhatian pada pengungsi di posko-posko. Oleh karena para pengungsi dari satu desa/dusun tidak semuanya terkonsentrasi di posko-posko di luar kampung/dusun mereka menurut kampung/dusun asal, maka letika mereka kembali ke kampung/dusun asal masing-masing mereka juga akan 'membawa dan menarik' tali penghubungan mereka dengan lembaga-lembaga yang sebelumnya memperhatikan mereka di posko-posko pengungsian. Kondisi ini mungkin tidka terlalu terasa di posko-posko pengungsian massal.
Skenario terjelek yang dapat terjadi adalah: masing-masing lembaga atau organisasi yang pernah menangani pengungsi di posko-posko akan mencari mantan pengungsi dampingan mereka hingga ke kampung/dusun asal untuk terus memebri dampingan. Hal ini tentu tidak salaha karena prinsip dampingan harus sampai pada titik dimana pihak yang didampingi bisa berdiri sendiri tanpa pendamping. Namun pernahkah kita membayangkan bahwa bisa terjadi di sebuah dusun/kampung 'diserbu' oleh banyak agency dengan tujuan dan alasan keterlibatan yang sama: meneruskan dampingan lanjutan?
Hal yang paling ideal adalah menata (kembali) kerjasama antar lembaga/agency pada level dusun/kampung untuk menjadi semacam pintu masuk/keluar bersama dalam mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan warga korban Merapi untuk membangun kembali eksistensi mereka di tingkat dusn/kampung. Hal itu tidak berarti menutup inisiatip perorangan dan/atau kelompok yang mengakses bantuan karena kedekatan primordial, kultural, emosional, dll dengan pihak luar. Dibutuhkan manajemen minimal di tingkat dusun/kampung yang memfasilitasi (baca: memudahkan) membangun kembali eksistensi warga, BUKAN BIROKRATISASI yang menghambat asesment dan penyaluran bantuan!
Idealisme ini tentu bertabrakan dengan banyak hal, terutama dengan ego sektoral dan ego masing-masing lembaga. Pemerintah sedang merancang program paket padat karya untuk memulihkan ekonomi warga di hari-hari awal. Seperti apa wujudnya? Walahu alam. Sinkronisasi antara program pemerintah dan pendekatan kedaruratan oleh lembaga/agency kebencanaan non-pemerintah lebih mudah dibayangkan ketimbang direalisasikan.
Ini dulu brain storming pagi ini dan ............. mari naik ke merapi menyapa mereka yang perlu disapa!
yogyakarta 20 November 2010
R.B.Baowollo
Jumat, 12 November 2010
yang terbaru dari Wahidin 54
1. Dapur umum Lingkarmuda Caturharjo, Medari, Saat ini melalui Didin/Dian Lingkarmuda membantu menopang kebutuhan sekitar 5049 pengungsi di Desa Caturharjo, Medari, Sleman. Pengungsi tersebar di 11 titik di desa tersebut. Saat ini dapur umum dikoordinir Mbak Didin bekerjasama dengan TAGANA Bandung dan pemerintah desa setempat. Dapur umum ini memproduksi 15.000 nasi bungkus setiap hari. Saat ini Lingkarmuda sedang mengusahakan pendirian dapur-dapur umum di titik-titik pengungsian di sana. Kebutuhan utama daerah dampingan kami saat ini adalah : alat-alat masak ukuran massal, logistik (beras pemerintah baru turun 700 kg untuk 5049 pengungsi), gula, teh, lauk pauk, sayuran, makanan asupan gizi untuk anak, gayung air, tetes mata, penyegar ruangan.
2. Lingkarmuda Sawangan/Mertoyudan berakhir. Karena berbagai perkembangan dan kesulitan di lapangan Lingkarmuda Sawangan/Mertoyudan yang dahulu dikoordinir Mbak Oka berakhir pada 11 November 2010 lalu. Untuk selanjutnya karya Lingkarmuda di dua kecamatan (Muntilan dan Mertoyudan) bekerjasama dengan pos PNPM Mandiri di bawah koordinasi Mbak Yustina Tri Wahyuningsih.
3. Kerjasama Lingkarmuda dan Posko PNPM Mandiri, untuk wilayah Mertoyudan, Muntilan, dan Sawangan. Melanjutkan komitmen pendampingan di kawasan ini, Lingkarmuda bekerjasama posko PNPM Mandiri untuk melakukan assesment dan pendistribusian kebutuhan para survivors. Saat ini jaringan dampingan PNPM Mandiri mencakup 18 desa di dua kecamatan, lengkap dengan jaringan bidan desa yang mereka ampu sebelum bencana.
4. Trauma Healing dan Pendampingan Belajar Anak : Lingkarmuda bekerjasama dengan Mata Air (untuk daerah dampingan Medari) dan Tlatah Bocah (Muntilan) untuk mulai menggarap trauma healing dan pendampingan belajar khususnya pada anak-anak.
5. Distribusi : Distribusi masih terus dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan assesment atas data yang masuk. Daerah pengungsian yang selama ini cukup terabaikan dan perlu mendapat perhatian khusus adalah : kawasan Borobudur dan sekitarnya: Argodadi, Sedayu, dan daerah perbukitan Dlingo, kabupaten Bantul.
Senin, 08 November 2010
Agenda Kegiatan Lingkar Muda Mertoyudan (8 Nov 2010)

Agenda KegiatanAgenda Kegiatan teman - teman Lingkar Muda Mertoyudan 8 November 2010 :
1. Pendataan pengungsi yang berasal dari warga di kec.Sawangan dan pengungsi yang dulunya di kec.Sawangan
(Gor Armada, Pasar Anyar Mertoyudan, STTN , Posko SMP 2 Muhammadiyah Sawangan, Posko Pelarian dari Klangon, Gondowangi, Penggaron, Balai desa Pgersari Munkid, Jetis, Pongangan, Kamal, Ngawen)
2. Penurunan Tim Medis di Gereja Ngawen
Membantu untuk pengecekan kesehatan manula sebanyak 50 orang
3. Membantu POSKO di Medari
penerjunan beberapa teman2 : yones, yoan, berna, ucup, chili
4. Pendistribusian Barang - barang yang membutuhkan logistik
- Kapuhan ( Minyak kayu putih, susu dancow, gula pasir, biscuit, air mineral, teh, kopi, selimut, tikar, telur dan nasi 100 bungkus)
 - Wero ( Beras, Mie)
 
mengecek kebutuhan pengungsi, mengajak pengungsi memasak
6. Penataan Gudang
Dibantu oleh teman2 miskam untuk membantu penataan gudang logistik, agar lebih rapi
ini laporan dari kesekretariatan kami, semoga bisa membantu untuk meberikan gambaran kepada teman2 kegiatan kami di sini...
Terimakasih
Kami dari Teman - teman LINGKAR MUDA MERTOYUDAN berterima kasih sekali atas bantuan yang kami terima hari ini 8 November 2010, anttara lain dari :
1. Kompes Semarang
2. Teman2 dari Jakarta dan Bogor
3. Seminari Menengah Mertoyudan
4. Kontak Perkasa Yogyakarta
Semoga bantuan ini bisa bermanfaat bagi para pengungsi korban Merapi
terima kasih ;))
OKA
RENCANA OPERASI TANGGAP DARURAT BENCANA MERAPI
RENCANA OPERASI TANGGAP DARURAT BENCANA MERAPI
POSKO KEMANUSIAAN LINGKAR MUDA YOGYAKARTA
Tanggap Darurat Bencana
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Segera setelah bencana alam yang tergolong berskala besar terjadi, selain Pemerintah juga banyak pihak baik kelompok maupun Instansi/Lembaga di dalam masyarakat, dari dalam maupun luar negeri ingin berkontribusi menolong sesama yang terkena dampak bencana. Banyaknya pihak yang berkontribusi pada saat yang bersamaan di suatu lokasi yang sama dapat mengakibatkan tidak terkoordinasi dan tidak terpadunya upaya penanggulangan bencana apabila tidak dilakukan upaya pengendalian/pengaturan yang terkoordinasi. Untuk menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh maka semua pihak (Instansi/Lembaga/Kelompok) yang terlibat dalam penanggulangan bencana harus mengacu pada sistem yang sama yang disebut Sistem Komando Tanggap Darurat Bencana.
Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana meliputi:
- Melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan kerugian di daerah bencana serta sumber daya yang tersedia.
 - Menentukan status keadaan darurat bencana.
 - Melakukan penyelamatan dan evakuasi masyarakat yang terkena bencana.
 - Memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana.
 - Melindungi kelompok rentan (bayi, anak-anak, ibu hamil, wanita, lansia, dan penduduk dengan kebutuhan khusus (misal: cacat jasmani dan orang sakit).
 - Melakukan pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
 
 
Aspek Teknis dalam Operasi Tanggap Daurat :
Manajemen dan Koordinasi
Manajemen Tanggap Darurat yang diperlukan 3 C:
- Command (komando)
- Control (pengendalian)
- Coordination (kordinasi)
Bentuk kegiatan:
- Mendirikan POSKO
Perlindungan Penerimaan dan Pendataan
- Evakuasi korban yg masih hidup dan meninggal
 - Memberikan pertolongan dan perlindungan bagi korban selamat
 - Menerima dan memberikan tempat penampungan sementara
 - Mendata dan mencatat agar memudahkan dalam pengurusan pelayanan
 - Pangan dan Nutrisi
 
- Pada tahap awal yg diberikan adalah makanan siap santap, karena tidak dapat memasak.
 - Pemberian jatah hidup perkeluarga, apabila sudah didata dan mendapatkan tempat penampungan
 - Biaya/Kebutuhan pangan sesuai standard departemen sosial yakni 400 g dan Rp 3000,- (per orang per hari)
 - Logistik dan Transportasi
 
- Pengumpulan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran bantuan logistik sangat diperlukan pada tanggap darurat.
 - Diperlukan gudang dan sarana transportasi
 - Dukungan transportasi sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan bakar minyak (BBM)
 - Pelayanan Kesehatan
 
- Setiap korban bencana Setiap korban bencana mendapat perawatan kesehatan secara gratis di puskesmas dan RS rujukan
 - Pemerintah menyediakan tenaga medis, peralatan kesehatan dan obat-obatan.
 - Pendidikan
 
- Pada tahap tanggap darurat, proses belajar mengajar bagi para siswa harus tetap berjalan.
 - Lokal tempat belajar dapat menggunakan bangunan yg ada, sekolah terdekat dan tenda-tenda darurat.
 - Keperluan untuk proses belajar (buku pelajaran, alat belajar (buku pelajaran, alat tulis dan keperluan lain) harus disediakan.
 

